Kamis, 26 Juli 2007

macan ekonomi islam unida

CARA CARA MEMPEROLEH SUATU PENGETAHUAN

MAKALAH INI DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PELAJARAN

EPISTEMOLOGI ISLAM

Dosen :

Drs. Amir mahrudin.,M.Pdi

Oleh :

Ibrahim

NIM : F. 0610057

FAKULTAS STUDI ISLAM EKONOMI ISLAM

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR, 2007

KATA PENGANTAR

tuntutlah ilmu itu, walaupun jauh di negri china’

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat allah yang maha esa, dialah tuhan yang telah menurunkan agama menurut wahyu yang disampaikan-nya kepada rosul pilihanya, dan yang telah menganugrahi kita rahmat dan nikmatnya, sehingga sampai detik ini kita mesih dapat merasakan nikmat yang telah diberikana allah kepada kita.

Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam nabi besar muhammad SAW, yang telah berhasil mengubah wajah dunia, dari yang dulunya tercoreng oleh perilaku kejahiliaan menjadi dunia yang penuhkemuliaan, dengan ilmu pengetahuan, salawat dan salam semoga juga tetap tercurahkan kepada para sahabat, keluarga, dan kita semua sebagai pengikut-nya yang selau merindukan untuk bertemu dengannya.

Kehadiran agama islam yang di bawa oleh nabi muhammad Saw. Di yakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagai mana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas luasnya.

Petunjuk petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia , sebagai mana terdapat dalam sumber ajarannya, al-qur,an dan al-hadits, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kehidupan sosila, mengkairgai waktu, berkikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berahlak mulia, dan sikap sikap positif lainnya.

Namun kita tidak dapat untuk mendapatkan itu semua tanpa tau bagai mana cara memperolehnya. Untuk itu dalam makalah sederhana ini penyaji ingin berusaha menggoreskan tinta, untuk membahas sedikit tentang “cara –cara mempeoleh pengetahuan’. Dengan harapan semoga makalah singkat yang berada didepan pembaca ini bisa menjadi masukan yang berarti bagi pembaca umumnya dan bagi pemakalah pada khususnya. Selanjutnya penyaji mengucapkan selamat berdiskusi.

Bogor, 06 mei 2007

Penyaji

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHUALUAN………………………………………………………………………………… 1

BAB II PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PENGETAHUAN………………………. 3

A. PENGERTIAN PENGETAHUAN………………………………………………………… 3

B. SEJARAH PERKEMBANGAN PENGETAHUAN ……………………………………… 5

BAB III CARA CARA MEMPEROLEH ILMU PENGATAHUAN……………………………………... 7

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………………… 12

A. KESIMPILAN………………………………………………………………………………………. 12

B. SARAN………………………………………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………. 14

MENAFSIRKAN DAN MENERAPKAN SURATAN-NAHL AYAT 78

“dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersukur”

manusia lahir dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, tidak membawa apapun dan tidak bisa beraktifitas apapun kecuali menangis dan menangis.akan tetapi allah menganugrahi kepada kita berupa pendengaran, penglihatan, dan hati. Kita tau bahwa tiga prangkap ini sangat bermanpaat bagi manusia dan merupakan sumber/alat yang paling pertama di butuhkan untuk mendapatkan pengetahuan, dari pendengaran kita bisa mendengarkan siraman ilmu dari orang lain, bisa mendengarkan segala sesuatu, dan dengan penglihatan kita melihat segala kejadian yang terjadi di muka bumi allah ini. Dari kutipan ayat An-Nahl :78 di atas Ini jelas bahwa untuk menperoleh pengetahuan itu bisa menggunnakan alat indrawi. Seperti penglihatan, pendengaran, dan hati.



[1] Cara memahami islam metodologi studi islam,Drs.Abdul razak, M.A..gema media pusakatama,.Bandung,2001

[2] Ibid hal 117

[3] Ibid hal 117

[4] Ibid hal 118

Drs.M.Zainudin,MA.[5] Filsafat ilmu perspektif pemikiran islam.lintas pustaka publiser.jakarta. 2006 hal 23


BAB I

PENDAHULUAN

Manusia adalah makluk mukallaf, yang di bebani kewajiban dan tanggung jawab. Dengan akal pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan tekhnologi . manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir disebut sebagai al-kain al-natiq, “makhluk yang berbicara” dan ‘makhluk yang memiliki nilai luhur”

Al-qur’an dan Hadits sarat dengan nilai nilai dan konsep untuk memberikan tuntunan hidup manusia , begitu juga mengenai petunjuk ilmu pengetahuan. Jika manusia mau menggeli isi kandungan al-qur’an, niscara banyak di temukan beberapa persoalan yang berkaitan dengan ilmu, misalnya perhatikan QS.ali amron : 190-191, yang di dalamnya di peparkan tentang kreasi penciptaan alam oleh Allah SWT, yang harus di renungkan oleh manusia yang berakal dan berilmu pengetahuan, demikian pula dengan kisah dan umat di masa lampau.

Adapun pertanyaan tentang apa yang di maksud dengann pengetahuan, atau ‘ilm, dalam pandangan islam sudah muncul sejak masa masa awal islam. Beberapa sarjana telah mendefinisikan istilah tersebut secara spesifik pada ilmu ilmu keislaman. Akan tetapi, menurut pendapat banyak sarjana muslim, istilah tersebut digunakan dalam al-qur’an dalam pengertian umum dan menyangkum spektrum sains yang luas.

Dalam pandangan islam, kriteria keterpujian suatu bidang ilmu adalah kebergunaannya atau kemanfaatannya, , dan ini berarti bidang ilmu tersebut mampu membawa manusia kepada Tuhan. Badan ilmu apapun yang memiliki ciri semacap ini adalah terpuji, dan usaha untuk memperolehnya adalah sebentuk ibadah. Dalam hal ini, tidak ada pebedaan antara ilmu ilmu yang secara spesifik besifat keagamaan dan ilmu ilmu kealaman.

Luasnya spektrum yang terpuji , ditinjau dari sudut pandang islam, bisa dilihat dari hadits hadits nabi seperti :

carilah ilmu walaupun dengan pergi kenegri china, sebab mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”

Diriwayatkan juga dari imam ‘Ali bahwa :

”ilmu itu harta yang hilang dari kaum yang beriman. Karenanya, carilah ia meskipun ia berada

bersama kaum musyrikin.”

Jelas bahwa hadits hadits ini tidak merujuk pada ilmu ilmu keagamaan yang spesifik. Jika tidak demikian , niscaya nabi muhammad SAW. Tidak akan memerintahkan pencarian dari orang orang yang tak beriman.

BAB II

PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PENGETAHUAN

A. PENGERTIAN PENGETAHUAN

Sebelum kita membahas tentang cara cara memperoleh ilmu pengetahuan, terlebih dahulu penyaji akan sedikit membahas tentang pengertian ilmu pengatahuan dan sejarahnya dalam islam karena menurut hemat penyaji, akan susah di pahami suatu pengatahuan apa bila kita tidak atau belum mengerti apa itu pengatahuan dan perkembangannya dalam sejarah islam.

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan.

Jujun S. Suriasumantri mengatakan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengathuan yang mempunyai ciri ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan pengetahuan yang lainnya. Hanya saja , ilmu (sains) hanya membatasi diri pada kejadian yang bersipat empiris[1].yang di maksud dengan empiris di sini ialah suatu fakta yang di alami langsung oleh manusia dengan menggunakan panca indranya. Jadi, objek penelaahan ilmu adalah seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indra manusia. Artinya, ilmu mempelajari objek objek empiris. Agar objek objek empiris itu dapat di temukan, di buatlah asumsi asumsi (pengandaian). Ada beberapa asumsi dalam mempelajari empiris :

v Bahwa objek objek empiris itu bersufat seragam.

Pernyataan keseragaman terhadap ibjek empiris itu pada dasarnya lebig di asumsikan oleh keyakinan manusia bahwa alam merupakan suatu sistem teratur yang tunduk pada hukum hukum tertentu, baik keseragaman itu berkaitan dengan bentuk, struktur, sifat, maupun yang lainnya. Oleh sebab itu, ilmu tidak berbicara , engenai kasusu undividu, tetapi berbicara menganai kelas tertentu.

v Objek objek empiris itu dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan. Akan tetapi dalam jangka panjang objek objek empiris itu di mungkinkan akan mengalami perubahan.

v Objek objek empiris itu bersifat di determinan. Maksudnya, setiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan setiap kejadian mempunyai pola tertentu yangbersifat tetap dengan urutan urutan kejadian yang sama. Jadi, ilmu tidak menuntut adanya hubungan sebab akibat yang mutlak kejadian tertentu harus selalu diikuti dengan suatu kejadian yang lain. Artinya , ilmu mengasumsikan adanya kemungkinan atau peluang, dari sebab tertentu memungkinkan berakibat tertentu. Adapun sifat ilmu yang lain adalah rasional. Jadi, suatu du katakan menggunakan pendekatan ilmu manakala sesuatu itu bersifat empiris sekaligus rasional. Dengan kedua sifat itu, ilmu dapat tersusun secara logis, sistematis, dan teruji kebenarannya[2].

Sementara itu, beeling dkk, justru mengatakan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang mempunyai dasar pembenaran, bersifat sistemik, dan bersifat intersubjektif.[3]

B. SEJARAH PERKEMBANGAN PENGETAHUAN

Secara historis, perkembangan ilmu pengathuan / pemikiran ilmiah berjalan sejak lama. Pemikiran ilmiah ini selalu berada di belakang setiap kemajuan peradaban. Upaya utamanya, bermula ketika manusia mulai menemukan tentang bagai mana caranya belajar. manusia melakukan sesuatu yang di coba coba . cara inilah telah menjadikan manusia menemukan pengetahuan ilmiah. Sejak itu, manusia menemukan cara observasi dan eksperimen.

Para ahli, mengatakan bahwa, secara historis sains di begi menjadi dua episode perkembangan :

a. Episode yunani, yaitu kelanjutan lebih luas dari pada peradaban pra-yunani,seperti peradaban Mesir, Cina, Sumeria, Asyiria, Babylonia, dan Phunisia[4].didalam peradaban sebelum yunani itu, telah berkembang kemajuan kemajuan sains, namun para sejarawan menganggapnya sebagai sains yunani saja.

b. Episode Renaisans, mukti ali dalam bukunya yang berjudul “metoda memahami agama islam” mengatakan bahwa perubahan metodologi adalah faktor yang pudanmental dalam sains. Secara sosiologis paktor yang utama adalah transformasi (bagi orang barat) dari sistem piodal ke borjuis. Oleh sebab itu, kemajuan maupun kemunduran suatu bangsa, bukan terletak pada ada atau tidaknya orang yang jenius di suatu negara/bangsa itu ,akan tetapi terletak pada tepat atau tidaknya seseorang menggunakan metode pada masanya untuk kemajuannya.

Dengan berpatokan pada hal yang di atas Muktin Ali menyarankan agar peneliti muslim menggunakan metode yang lebih tepat guna un tuk mengkaji al-islam agar islam mengalami kemajuan, karena islam adalah agama yang multidimensi bukan monodimensi.

Apa yang di katakan oleh Mukhti ali di atas, tidak terlalu jauh berbedah dari apa yang selama ini di katakan oleh Muhammad Arkoun, ia menginginkan umat islam mengambil tanpuk kejayaan kembali di dunia, ketika para sarjananya mulai menggunakan metode metode ilmiah untuk mengkaji, mendalami, mencermati, dan menganalisis kontruksi keilmuan dan pemikiran agama islam secara lebih mendasar.

BAB III

CARA CARA MEMPEROLEH ILMU PENGETAHUAN

Al-qur-an dan sunah merupakan pedoman hidup bbagi umat islam, jika kedua pedoman tersebut di pegang erat erat maka umat islam tidak akan sesat selamanya. Di samping itu keduanya juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak pernah kering. Sumber mutlak dari pengetahuan dan perilaku mutlak yang menyangkut keabsahan adalah al-qur’an dan sunah.

Ilmu yang kini telah mengelaborasi ruang lingkupnya yang menyentuh sendi sendi umat manusia yang paling dasar. Baik individual maupun sosial memiliki dampak yang sangat besar, setidaknya menurut koento ada tyiga hal :

Ø Ilmu yang satu sangat berkai dengan yang lain, sulit di tarik batas antara ilmu dasar dan ilmu terapan, antara teori dasar dan praktek.

Ø Semakin kaburnya garis batas tadi sehingga timbul permasalahan sejauh mana seorang ilmuan terlibat dengan etika dan moral.

Ø Dengan adanya inplikasi yang begitu luas terhadap kehidupan umat manusia, timbul pula permasalahan akan makna ilmu itu sendiri sebagai sesuatu yang membawa kemajuan atau malah sebaliknya.

Dalam dunia barat sumber sumber ilmu/atau cara cara memperoleh ilmu di kelompokkan melalui beberapa cara di antaranya :

a) Teori Empirisme dengan pelopornya yaitu John Lock

b) Teori Rasionalisme denga pelopornya yaitu Rence Descartes

c) Teori Kritisisme dengan peloportnya yaitu Immanuel kant

d) Teori Posotivisme dengan pelopornya yaitu Auguste Comte

e) Teori fenomenologi dengan pelopornya yaitu hussert

f) Teori konstruktivisme dengan pelopornya yaitu feyeraband

g) Dan lain sebagainya[5].

Bicara sedikit tentang ilmu , sebagai man ayang telah di tuturkan oleh Al-Qardhawi, bahwa menurut islam cakupan iimu tidak hanya terbatas pada ilmu menurut pandangan barat modern yang eksperimen saja, namun ia meluputi :

ü Pertama : asfek metafisika yang di bawa oleh wahyu yang mengungkapkan apa yang di sebut dengan realitas agung, yang menjawab peryataan abadi :dari mana, kemana adan bagai mana.dengan menjawab pertanyaan tersebut manusia tau landasan berpikirnya dan mengerti pula akan tuhannya.

ü Kedua : aspek humanior dan studi studi yang berkaitan dengannya yang meliputi pembahasan mengenai kehidupan manusia, hubungan dengan di mensi ruang dan waktu,psikologi, sosiologi, ekonomi, politik dan seterusnya.

ü Ketiga : aspek material yang bertebaran di jagat raya, atau ilmu yang di bangun berdasarkan observasi dan esperimen, yaitu dengan di ujicoba di labolatorium. Dan ilmu ini yang berkembang di barat.

Sebagi mana kesimpulan Ghulsany menyimpulkan bahwa sumber untuk memahami alam atau ilmu pengetahuan itu mencakup : indra eksternal, intelek (yang tidak terkotori oleh sifat sifat buruk), adan wahyu atau inspirasi/ilham.

Demikianlah islam tidak hanya berkubang pada rasionelisme dan empirisme, tetapi mengakui intuisi adan wahyu. Dalam al-qur’an Allah berfirman yang artinya :”kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagai mana ia seharusnya menguburkan mayat sebennarnya. Berkata Qabil :’aduhai , celakalah aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini ?’. karena iti jadilah dia seorang di antara orang orang yang menyesal”. (QS.Al-maidah :31).

Selain itu, Dalam Irma Fatimah di jelaskan oleh Zubair, bahwa terdapat empat sumber pengetahuan yang berbeda menurut tingkat dan kualitas kemampuannya, tetapi pada kakikatnya merupakan satu kesatuan : pengetahuan indrawi,pengetahuan naluri, pengetahuan rasio, pengetahun intuiitif/imajinatif, dan pengetahun transeden/wahyu.

1. pengetahuan iderawi. pengetahun ini bersifat persial disebabkan oleh adanya perbedaan antara indra yang satu dengan yang lainnya, juga berhubungann dengan sifat khas pisikologis indra dengan objek yang dapat di tangkap sesuai dengannya. Masing masing indra menangkap aspek yang berbeda mengenai barang atau makhluk yang menjadi objek.

2. pengetahun naluri. Yaitu merupakan daya spesifik yang di miliki oleh semua makhluk yang memiliki jiwa dalam rangka untuk survive di alam ini.

3. pengetahuan rasio. Pengetahun ini di cirikan oleh kesadaran akan sebab musabab keputusan. Ia tidak terbatas pada kepekaan indra tertentu dan tidak hanya tertuju kepada objek tertentu. Pada dasarnya pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terorganisasi, yaitu dengan sistem dan metode berusaha mencari hubungan hubungan tetap diantara gejala gejala. Pengetahuan ilmiah empiris mengumpulkan gejalah gejalah tersebut dan tetap tinggal dalam kawasan horizontal .

4. pengetahuan intuitif atau imajinatif . pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan khas manusia. Pengetahuan ini sebenarnya juga berada pada rasionalitas manusia pada umumnya, hanya ia dibedakan dengan pengetahuan rasional yang menekankan pada sistematika dan kekuatan metodologi.

5. pengetahuan wahyu. Selain pengetahun pengetahun yang telah di jelaskan sebelumnya, perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya manusia mempunyai penngetahuan khusus lagi, yaitu pengetahuan terhadap hal yang bersifat transennden atau wahyu, yang di anggap sebagai puncak tertinggi pengetahuan yang berada pada struktur pengalaman da pengetahuan rasio dan bahkan diluar jjangkauwan akal manusia. Pengetahuan inilah yang menurut berbagai filsuf di anggap sebagai pengetahuan tertinggi yang bisa di peroleh melalui kontemplasi dan zuhud bagi filsuf dan para sufi, sementara bagi nabi dan rasul di berikan langsung oleh tuhan tanpa melalui perenungan dan kontemplasi. Pengetahuan ini juga menyingkap pengetahuan metafisik atau pengetahuan rabbani, sebagai mana yang di firmankan oleh Allah dalam al-qur’an yang artinya :

“dan demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (al-qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-kitab (al-qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah al-iman itu, tapi kami manjadikan al-qur,an itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki diantara hamba hamba kami, dan sesungguhnya kami bnar benar menberi petunjuk kepada jalan yang lurus”(QS. Al-Syuro : 52.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Teori ilmu pengetahuan (epistemologi) dalam pemikiran islam di derivasi dari sumber wahyu (al-qur’an dan al-sunnah). Ini berorak ekilektik dan holistik (rasional, empiris dan intuitif), yang tumbuh dan berkembang melalui pemikiran kalam dan sufisme. Karena wataknya yang religius, maka ia terikat dengan aksiologisnya dan tak ter[pisah dalam agama.

Dalam prespektif islam, ilmu memiliki kedudukan sebagai bagian dari agama dan berfungsi sebagai petunjuk kepada kebenaran, untuk memperoleh kemuliaan di sisi allah dan pembebas dari kebodohan dan kejahiliaan. Oleh karena itu ia juga sebagai instrumen dan saranna bagi pencapaian tujuan islam, yaitu kesejahteraan dunia dan akhirat. Dalam konsep islam ilmu seharusnya membuahkan iman , dan iman seharusnya membuahkan khusu’ dan tawadhu’ kepada allah SWT. Oleh sebab itu ilmu, iman dan amal harus selalu di laksanakan secara simultan dan menjadi kepribadian muslim.

Ilmu juga merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan , bahkan di wajibkan untuk menuntutnya, adapun sumber sumber ilmu pengetahuan itu, terutama yang di berkembangk pada masyarakat barat di antaranya ialah bersumber dari : Teori Empirisme dengan pelopornya yaitu John Lock, Teori Rasionalisme denga pelopornya yaitu Rence Descartes, Teori Kritisisme dengan peloportnya yaitu Immanuel kant, Teori Posotivisme dengan pelopornya yaitu Auguste Comte, Teori fenomenologi dengan pelopornya yaitu hussert, Teori konstruktivisme dengan pelopornya yaitu feyeraband dan lain sebagainya. Adapun sumber ilmu dalam islam di antaranya ialah : al-qur’an dan hadits, wahyu, akal, mimpi, dan lain sebagainya.

B. SARAN

sesungguhnya manusia adalah tempatnya kesalahan dan lupa”

”tiada gading yang tak retak tiada manusia yang sempurna”

Itulah mungkin kata kata yang pantas penyaji tuliskan pada bagian akhir dari makalah ini, karena penyaji hanyalah manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan dan lupa. Saran dan kritikan sangatlah penyaji harapkan dari para pembaca sekalian, demi kesempurnaan dan perbaikan di masa yang akan datang. Dengan mengharapkan ridho ilahi dan rahmatnya semoga makalah yang ada di depan anda ini bisa menjadi bahan perbandingan bagi sumber sumber lainnya, dan semoga makalah singkat ini bermanfaat bagi penyaji khususnya dan pembaca pada umumnya.Amien.

DAFTAR PUSTAKA

Filsafat Ilmu perspektif Pemikiran Islam,Drs.M.Zaenuddun ,MA.lintas pustaka publiser.jakarta.2006

Metodologi Studi Islam.Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A.PT.RAJAGRAPINDO PERSADA.jakarta.2006

Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktek.DR.H.M.Atho Mudzhar.pustaka pelajar.yogyakarta.1998

Melacak Jejak Tuhan Dalam Sains, tafsir islami atas sains.Mehdi Golshani,Issues in islam and Science.

terbitan Institute for Humanities and cultural Studies.taheran,iran,2004.PT.mujan pustaka,bandung.2004

Tidak ada komentar: